Dear Chumsky,
Terima kasih karena memilih duduk di sebelah ku dan bicara pada ku saat itu..
Saat waktu istirahat bukan lah hal yang begitu menyenangkan..
Saat aku hanya ingin pulang,
Bahwa terkadang lingkungan baru bisa terasa menyeramkan..
Atau ketika commuterline begitu terasa asing..
Hingga pada akhirnya kita bisa mengumpat dengan riang..
Mengejar score cookie run..
Minta tambahan susu dua rasa pada cappucino cincau..
Menerjang hujan..
Mengernyit dan berlari melewati tempat pembuangan..
Merindukan teh pucuk saat ramadhan..
Atau sekedar bercerita hingga menangis hanya karena ingin..
Waktu itu cita-cita kita sederhana namun terasa besar..
“Kita akan lulus, bekerja dan menyewa tempat tinggal bersama”..
Bahwa mungkin obsesi menjadi dewasa begitu menguasai kita..
Hingga akhirnya, kau yang lebih dahulu melangkah meninggalkan zona nyaman..
Pergi..
Dan kita tidak pernah banyak bicara lagi..
Ternyata menjadi dewasa begitu melelahkan..
Dan pasangan yang kita impikan belum juga datang..
Dear chumsky,
Kita pernah bersedih bersama, tentang satu atau beberapa pria..
Yang mungkin tidak cukup layak untuk seorang kita..
Siapa yg tahan dengan wanita yg selalu kesana kemari seorang diri?
Namun akhirnya, aku tidak akan pernah merasa lebih bahagia dari ini,
pada pria yang akan kau dampingi dan mendampingi..
Pada hidup mu yang ku harap tak lagi sepi..
Dear Chumsky,
Selamat berbahagia..
Aku harap kau selalu bahagia dengan jalan yang kau lalui..
Tak akan selalu manis, memang..
Tapi akan selalu ada aku ketika kau merasa butuh.
Dear chumsky,
Kau tahu, kau adalah salah satu teman terbaik ku..
Kau tahu betapa kecil lingkaran pertemanan ku..
Dan betapa aku menghargai itu..
Happy Wedding,
Love..
Zara
0 comments:
Post a Comment