Kotak yang kubuka 2 tahun lalu, kubaca lagi dan membuat ku tersedu-sedu..
Di sana lah rasa cinta mu tersimpan..
Segala harapan..
Maaf..
Namun rasa cinta lah yang mendominasi..
Tulisan tangan mu tidak memudar, meski beberapa menjadi buram karena air mata..
Mungkin aku dan kamu tidak begitu mengingatnya, namun ku rasa kau menangis saat menuliskan itu.
Wangi parfum mu tercium samar, sungguh sebuah ide cemerlang, ketika aku meminta mu memercikannya pada untaian kata cinta itu..
Ada rasa sakit menyengat, sesak di dada yang begitu ku kenal..
Bahwa aku merindukan mu dengan sungguh-sungguh..
Bahwa aku hanya gadis bodoh yang memahami bahwa “tidak akan pergi” berati benar-benar tidak akan pergi.
Bahwa “selamanya” memang berarti selamanya..
Seandainya, seandainya saat itu aku meminta sungguh-sungguh, lebih sungguh-sungguh, melebihi sungguh-sungguh kepada Tuhan, apakah saat ini kau masih akan ada di sini??
Yang membelai kepala ku lembut..
Yang mengenal ku, lebih dari aku mengenal diri ku..
Yang membenci ku, namun lebih mencintai ku..
Orang pertama, yang demi tuhan, dengannya aku berani membayangkan masa depan..
Aku tidak pandai untuk melangkah pergi..
Aku hanya berpura melangkah..
Namun bagian dari diriku masih mengingatnya..
Masih di sini
Di hati..
Menggerus perlahan setiap inti dari perasaan ku..
Yang entah bagaimana semakin menguat alih-alih memudar..
Bahwa terkutuklah aku karena tidak mampu melupa
Bahwa kita tidak pernah benar-benar sadari,
Bahwa aku yang mungkin lebih mencintai..
Bahkan setelah semua yang terjadi, kehilangan dan tak mungkin untuk dicari,
Hati kecil ku masih dengan lancang menanti..
Terlalu berani..
Untuk mencintai mu sekali lagi..
0 comments:
Post a Comment