jangan muram seperti itu, jalan selalu bisa dicari, bisa diciptakan, dan itu yang akan aku, atau kita lakukan.
aku lebih senang jalan tak berujung, tanpa akhir, tak bertepi.
seolah mengizinkan ku untuk tetap mencari, melangkah walau tak pasti.
pedagang warung itu memperhatikan ku, dia berpura asik menonton televisi, namun ia mengikuti ku melalui ekor mata nya. aku tak tahu harus apa, jalan ini sudah ku lalui, berkali-kali. setidaknya selama 4 jam ini.
aku sendiri tak ingin bertanya, aku tak tahu apa yang aku cari.
buntu, pikir ku. aku lelah dan ingin lari, aku ingin berteriak, tapi enggan menjelaskan, bila ada yang datang dan bertanya ada apa.
akhirnya aku diam saja, menghampiri warung itu, berusaha mengindahkan tatapan bersemangat si pemilik warung, yang pasti sudah penasaran setengah mati. aku haus.
"cari rumah siapa, Neng,?" dia tak tahan untuk bertanya.
"teman,Pak," jawab ku, aku malas melanjutkan percakapan ini.
"memang dimana rumahnya?"
pertanyaan itu rasanya terdengar seperti ribuan kilometer jauhnya, samar.
hening, aku tak ingin menjawab, aku lelah, aku sendiri tidak tahu, tidak lagi tahu, ku pikir aku tahu.
"jalan buntu.."
0 comments:
Post a Comment