Ah, kau yang dulu begitu hangat.
Kalau orang bilang bahagia itu sederhana, mungkin tidak akan pernah sesederhana mencintai mu, Kita dulu tertawa akan hal yang sama, humor mu sedikit rendahan, tapi aku suka. Kita dulu membenci hal yang sama, atau lebih tepatnya, kau yang selalu berpura membenci demi aku. Mencintai mu dulu sesederhana duduk berdua tanpa bicara.
Hari ini hujan, lagi.
Aku masih sama, merutuki diri sendiri yang merindukan mu kian hari. aku bahkan merutuki cokelat kesukaanmu, yang selalu kau keluhkan karena terlalu mahal harganya, ngga papa, nanti kita beli semua ya..
Aku merutuki setiap sudut kamar ku, tempat aku terbiasa mendengar suara mu dari jauh.
Ah, rasanya aku ingin menangis lagi.
Namun semua yang berakhir di luar rencana, bukan lah sesuatu yang sia-sia. Meskipun aku masih ingin duduk berdua, kau dengan maket mu dan aku dengan drama korea. Meskipun aku kerap melihat sosok mu di sudut-sudut pasar swalayan, membayangkan kau dan aku di masa depan, mungkin dengan anak kecil yang sibuk sekali meraih ini dan itu dengan tangan mungilnya, memaksa untuk memasukannya ke dalam keranjang.
Semuanya tidak akan sia-sia, karena kamu pernah ada, Di setiap lelah ku, di setiap rasa sesak di dada , di setiap kelah kesah ku, Kau tempat ku pulang.
Kini aku tersesat, terlupakan dan mulai menghilang.
aku ingin pulang, tapi ke mana ...
0 comments:
Post a Comment