Hingga suatu saat aku terlupa, mengenal mu sama menyenangkannya dengan kembang gula yang dijual pedagang pinggir jalan ketika aku di bangku Sekolah Dasar. Aku ingin namun ragu. Ketika aku ingin mendekat namun terlampau takut, hingga akhirnya mencoba untuk memaafkan diri sendiri dengan berdalih, ah tidak apa.
Menggantungkan kebahagian kepada orang lain berarti membiarkan seluruh kebahagian mu berpusat pada satu orang, namun tidak ku lakukan itu. Aku tidak ingin kau sedih karena aku, aku tidak ingin kau gagal bahagia karena aku tidak berbahagia. Namun satu kesalahan ku, kesalahan yang membuat ku ingin merutuki diri sendiri.
Aku menolak untuk menggantungkan kebahagiaan ku kepadamu, tapi tak kubiarkan diri ku untuk bahagia seorang diri. Aku terlalu khawatir, was-was. Aku tak ingin kau sengsara, menderita dan nelangsa sendiri. Aku tak ingin tertawa dalam dukamu, aku tak ingin pergi ketika kau menanti. Aku menolak berpaling ketika kau masih setia di sana, menahan ku dengan ragu-ragu, mencoba peruntungan mu tentang apakah aku akan tinggal atau pergi.
Kau benar, kini aku yang tertinggal, menatap mu yang beranjak pergi, mencari kebahagiaan mu sendiri. Salah? egois? tentu saja tidak. Kau sudah melakukannya dengan benar, dengan berhenti menggantungkan kebahagiaan mu terhadap ku.
Kini aku berdiri sendiri, dengan sia-sia berusaha meraih uluran tanganmu. Tangan yang kini tak lagi terulur untuk ku,..
Kau sudah bahagia...
Aku pun ingin..,
Mencoba bahagia...
0 comments:
Post a Comment